Tuesday, 21 June 2016

Pemantauan Kestabilan Lereng Secara Visual

Pemantauan secara visual terhadap lereng tambang dimaksudkan untuk indentifikasi awal terkait :
  • ·  Adanya kondisi massa batuan yang bertambah lemah (rusak) akibat pelapukan, erosi, undercutting, loosening, atau karena peledakan.
  • ·     Adanya rension crack dan subsidence pada crest, berm, dan jalan tambang, sebagai indicator kemungkinan kelongsoran akan segera terjadi.

ü  Rekahan tarik (crack) akan terjadi jika material lereng telah bergerak kea rah pit.
ü  Perpindahan ini tidak dapat di deteksi dari lantai pit, sangat penting untuk secara regular menginfeksi crest dari highwall diatas daerah penambangan aktip.
ü  Inspeksi dengan frekuensi sering mungkin diperlukan selama periode musim hujan dan setelah peledakan besar.
  • ·     Adanya bahaya batuan runtuh (rock fall ) jia di permukaan lereng terdapat bongkahan batuan lepas (bolder).
  • ·      Adanya longsoran pada lereng dengan skala kecil maupun besar, serta gejala runtuhnya          sebagian batuan lereng secara gradual (raveling)
  • ·         Adanya scrarp dan rayapan (creep) pada permukaan lereng.

ü  Scraps terjadi jika material telah bergerak ke bawah secara vertical ataupun hamper vertical
ü  Rayapan lereng bias dilihat dari lendutan yang terjadi di muka lereng atau terjadinya pergerakan subsurface perlahan-lahan dari lereng.
  • ·         Adanya aliran air tidak normal yang mengakibatkan erosi pada muka lereng.

ü  Peningkatan aliran air di dalam lereng dapat menyebabkan pengaruh yang buruk pada lereng


Bentuk dokumentasi dari hasil pemantauan secara visual adalah peta potensi longsor yaitu peta pit plan yang memuat informasi tentang kondisi ketidakstabilan lereng tambang dilengkasi dengan penampang melintang.

0 komentar:

Post a Comment