Pemantauan secara visual terhadap
lereng tambang dimaksudkan untuk indentifikasi awal terkait :
- · Adanya kondisi massa batuan yang bertambah lemah (rusak) akibat pelapukan, erosi, undercutting, loosening, atau karena peledakan.
- · Adanya rension crack dan subsidence pada crest, berm, dan jalan tambang, sebagai indicator kemungkinan kelongsoran akan segera terjadi.
ü
Rekahan tarik (crack) akan terjadi jika material
lereng telah bergerak kea rah pit.
ü
Perpindahan ini tidak dapat di deteksi dari
lantai pit, sangat penting untuk secara regular menginfeksi crest dari highwall
diatas daerah penambangan aktip.
ü
Inspeksi dengan frekuensi sering mungkin
diperlukan selama periode musim hujan dan setelah peledakan besar.
- · Adanya bahaya batuan runtuh (rock fall ) jia di permukaan lereng terdapat bongkahan batuan lepas (bolder).
- · Adanya longsoran pada lereng dengan skala kecil maupun besar, serta gejala runtuhnya sebagian batuan lereng secara gradual (raveling)
- · Adanya scrarp dan rayapan (creep) pada permukaan lereng.
ü
Scraps terjadi jika material telah bergerak ke
bawah secara vertical ataupun hamper vertical
ü
Rayapan lereng bias dilihat dari lendutan yang
terjadi di muka lereng atau terjadinya pergerakan subsurface perlahan-lahan
dari lereng.
- · Adanya aliran air tidak normal yang mengakibatkan erosi pada muka lereng.
ü
Peningkatan aliran air di dalam lereng dapat
menyebabkan pengaruh yang buruk pada lereng
Bentuk
dokumentasi dari hasil pemantauan secara visual adalah peta potensi longsor
yaitu peta pit plan yang memuat informasi tentang kondisi ketidakstabilan
lereng tambang dilengkasi dengan penampang melintang.
0 komentar:
Post a Comment